TAUHID DALAM DIMENSI SOSIAL DAN KEMERDEKAAN
Tauhid dalam dimensi sosial dan kemerdekaan |
TAUHID DALAM DIMENSI
SOSIAL DAN KEMERDEKAAN
Oleh Kamiludin, S.Kep.Ners*
Tauhid dalam arti meng-esa-kan Allah
merupakan pengakuan diri pribadi muslim yang hanya mengakui Allah sebagai
Tuhannya. Dialah Tuhan yang menguasai ruang dan waktu, tidak ada makhluk di
dunia ini yang mampu keluar dari jangkauanNya.Tidak ada seorangpun yang setara
denganNya, segalanya bergantung kepadaNya (QS.112).
Dengan tauhid, manusia setara dan sejajar
dengan manusia lainnya. Tidak ada perbedaan baik jenis kelamin, warna kulit,
suku dan budaya. Tidak ada istilah jabatan, karir maupun pangkat, semuanya sama
di Mata Allah SWT, yang membedakan adalah kadar ketaqwaan dari manusia itu
sendiri (QS.49:13). Tauhid adalah kemerdekaan yang mengajarkan persamaan
derajat antar manusia satu dengan lainnya. Tauhid berarti mengajak manusia
khususnya masyarakat Islam agar menjadi manusia merdeka seutuhnya dalam hidup
di dunia ini.
Selanjutnya, pengakuan tentang Tuhan yang
satu adalah Allah merupakan tauhid aqidah yang wajib di tanam dalam hati insan
yang beriman. Pengakuan pribadi mukmin dalam ucapan Laa ilaaha illallah hanya sebatas ajaran tauhid pada tataran hati
dan lisan saja, tidaklah cukup kalimat tauhid tersebut hanya dinyatakan dalam
bentuk ucapan (lisan) dan diyakini dalam hati, tetapi harus dilanjutkan dalam
bentuk perbuatan, karena iman adalah sinergisitas antara hati, lisan dan
perbuatan, antara ucapan dan perbuatan, antara omelan dan amalan. Menurut Amin
Rais (e-aminrais.com) sebagai konsekuensi pemikiran tersebut, semua ibadah
murni (mahdhah) seperti shalat, puasa,
haji dan seterusnya memiliki dimensi sosial. Kualitas ibadah seseorang sangat
bergantung pada sejauh mana ibadah tersebut mempengaruhi perilaku sosialnya.
Konsep tauhid sosial yang di perkenalkan Amin
Rais, merupakan respon terhadap pembangunan orde baru yang penuh kepincangan
dan ketidakadilan. Menurutnya, Islam bukan hanya agama tauhid yang berarti
mengesakan Allah semata tetapi lebih dari itu. Didalam ajaran tauhid terdapat
nilai-nilai sosial tinggi seperti keadilan, demokrasi, persamaan, dan pemerataan.
Tauhid sosial berarti Islam bukan hanya agama yang melulu mementingkan
ritualitas kosong, melainkan agama yang bisa berinteraksi dengan
masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, penindasan, kezaliman, kediktatoran
dan lain macam sebagainya. Islam harusnya tampil ke permukaan untuk mengatasi
problematika sosial tersebut, bukan malah mengurung diri dengan ritualitas yang
sifatnya hanya “egois” semata.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
dan kemanusian yang adil dan beradab adalah bagian dari butir pancasila yang
sebetulnya merupakan implikasi dari ajaran tauhid sosial. Hanya saja, di Negara
Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim masih banyak menyisakan
permasalahan sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan dan kezaliman. Hal itu
dikarenakan, tauhid hanya dimaknai dengan pengakuan hati dan aplikasi pada
ibadah ritualistik saja. Islam yang katanya rahmatan
lil ‘alamin tidak bisa membumi, dikarenakan masyarakat Islam salah memahami
dan menafsirkan dari ajaran tauhid tersebut.
Oleh karena itu, dengan memahami, menafsirkan
dan mempraktekkan secara baik dan benar dari ajaran tauhid sosial tersebut,
Islam akan menjadi solusi atas permasalahan sosial yang melanda masyarakat bumi
khususnya di bumi Indonesia. Dengan tauhid sosial, kemerdekaan sesungguhnya
akan tercapai, bukan kemerdekaan pada kulit luarnya saja melainkan kemerdekaan
substansi yang meliputi kemerdekaan sosial, ekonomi, budaya dan politik.
- Ekskutif Lazismu Jember
TAUHID DALAM DIMENSI SOSIAL DAN KEMERDEKAAN
Reviewed by Lazismu Jember
on
Juni 23, 2016
Rating: