Celotehan Akar Rumput
*Celotehan Akar Rumput*
.
Celotehan ini diceritakan oleh *Akar Rumput* seorang pedagang hewan qurban pada Idul Adha tahun lalu. Dimana sebuah kejadian yang membuatkan hatinya amat tersentuh. Inilah kisahnya seperti berikut :
.
Seorang wanita separo-baya datang memperhatikan dagangan penjual hewan qurban.
.
Dilihat dari model penampilannya sepertinya diperkirakan tidak akan mampu membeli.
.
Namun tetap pedagang hewan qurban mencoba dan hampiri untuk menawarkan kepadanya.
.
*"Silakan bu..!"*
.
Lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya : "Kalau yang itu berapa Pak?"
.
*"Yang itu 1.700.000 bu"*. jawab pedagang hewan kurban..
.
"Harga pasnya berapa?" tanya kembali si Ibu..
.
*"1.600.000 deh, harga segitu untungnya kecil, tapi biarlah"*. jawab pedagang hewan qurban.
.
*"Tapi, uangnya hanya 1.500 .000 , boleh pak"*. pintanya saat menawar harga hewan kurban tersebut..
.
Waduh penawaran harga segitu menjadikan bingung. Dikarenakan hal itu merupakan harga modalnya. Dan akhirnya pedagang hewan kurban mengadakan rembugan dengan teman. Sampai akhirnya diputus dan diberikan saja dengan harga itu kepada ibu tersebut.
.
Kemudian hewan qurbanpun diantarkan sampai kerumahnya. Begitu tiba di rumah nya kaget serta menyatakan dalam hati :
.
*Astaghfirullah, ALLAHU Akbar* terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah ibu itu.
.
Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga, dengan ibunya dan puteranya dirumah gubug berlantai tanah tersebut.
.
Pedagang hewan qurban tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik.
.
Yang diperlihatkan hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.
.
Di atas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus.
.
*"Mak, bangun mak, nih lihat saya bawa apa?"* kata ibu itu pada nenek yang sedang rebahan sampai akhirnya terbangun.
.
*"Mak, sudah kubelikan emak kambing buat qurban, nanti sama – sama mengantarkan ke Masjid ya mak."* kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.
.
Si nenek sangat terkaget, tapi nampak jelas raut bahagia di wajahnya, ia segera berjalan keluar dengan langkah yang gontai karena usianya yang senja..
.
Sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap : *"Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berqurban"*.
"Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanya tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurbanatas nama emak saya." Kata ibu muda itu.
.
Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa : *"Ya ALLAH, ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa"*.
.
"Pak, ini ongkos kendaraannya." Panggil ibu itu.
*"Sudah bu, biar ongkos kendaraanya nggak usah bayar"* kata pedagang hewan qurban sambil menyembunyikan mata nya yang sudah berkaca-kaca.
.
Dengan cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah. Karena tak sanggup mendapatkan teguran dari *ALLAH* sudah mempertemukan dengan hamba *NYA* yang dengan *kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya meski dengan segala keterbatasan ekonominya*.
.
SubhanALLAH..!!
.
*Untuk mulia ternyata tidak perlu* harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan.
.
Bilamana *Mau dan Mampu* untuk bisa belajar *keikhlasan dari ibu* itu untuk menggapai kemuliaan hidup, bukan untuk dirinya, tapi demi Ibunda tercintanya.
.
Berapa banyak diantara *Hamba Alloh* yang diberikan kecukupan penghasilan, namun masih saja ada *kengganan untuk berqurban*.
.
Padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yang menempel di tubuh nya dengan harga jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban.
.
Namun selalu disembunyikan dibalik *kata tidak mampu* atau tidak dianggarkan.. Semoga ada manfaatnya, Aamiin.
Support by:
http://www.lazismujember.org/2019/07/qurban-1440-h-menembus-lereng-gumitir.html?m=1
.
Celotehan ini diceritakan oleh *Akar Rumput* seorang pedagang hewan qurban pada Idul Adha tahun lalu. Dimana sebuah kejadian yang membuatkan hatinya amat tersentuh. Inilah kisahnya seperti berikut :
.
Seorang wanita separo-baya datang memperhatikan dagangan penjual hewan qurban.
.
Dilihat dari model penampilannya sepertinya diperkirakan tidak akan mampu membeli.
.
Namun tetap pedagang hewan qurban mencoba dan hampiri untuk menawarkan kepadanya.
.
*"Silakan bu..!"*
.
Lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya : "Kalau yang itu berapa Pak?"
.
*"Yang itu 1.700.000 bu"*. jawab pedagang hewan kurban..
.
"Harga pasnya berapa?" tanya kembali si Ibu..
.
*"1.600.000 deh, harga segitu untungnya kecil, tapi biarlah"*. jawab pedagang hewan qurban.
.
*"Tapi, uangnya hanya 1.500 .000 , boleh pak"*. pintanya saat menawar harga hewan kurban tersebut..
.
Waduh penawaran harga segitu menjadikan bingung. Dikarenakan hal itu merupakan harga modalnya. Dan akhirnya pedagang hewan kurban mengadakan rembugan dengan teman. Sampai akhirnya diputus dan diberikan saja dengan harga itu kepada ibu tersebut.
.
Kemudian hewan qurbanpun diantarkan sampai kerumahnya. Begitu tiba di rumah nya kaget serta menyatakan dalam hati :
.
*Astaghfirullah, ALLAHU Akbar* terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah ibu itu.
.
Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga, dengan ibunya dan puteranya dirumah gubug berlantai tanah tersebut.
.
Pedagang hewan qurban tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik.
.
Yang diperlihatkan hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.
.
Di atas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus.
.
*"Mak, bangun mak, nih lihat saya bawa apa?"* kata ibu itu pada nenek yang sedang rebahan sampai akhirnya terbangun.
.
*"Mak, sudah kubelikan emak kambing buat qurban, nanti sama – sama mengantarkan ke Masjid ya mak."* kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.
.
Si nenek sangat terkaget, tapi nampak jelas raut bahagia di wajahnya, ia segera berjalan keluar dengan langkah yang gontai karena usianya yang senja..
.
Sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap : *"Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berqurban"*.
"Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanya tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurbanatas nama emak saya." Kata ibu muda itu.
.
Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa : *"Ya ALLAH, ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa"*.
.
"Pak, ini ongkos kendaraannya." Panggil ibu itu.
*"Sudah bu, biar ongkos kendaraanya nggak usah bayar"* kata pedagang hewan qurban sambil menyembunyikan mata nya yang sudah berkaca-kaca.
.
Dengan cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah. Karena tak sanggup mendapatkan teguran dari *ALLAH* sudah mempertemukan dengan hamba *NYA* yang dengan *kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya meski dengan segala keterbatasan ekonominya*.
.
SubhanALLAH..!!
.
*Untuk mulia ternyata tidak perlu* harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan.
.
Bilamana *Mau dan Mampu* untuk bisa belajar *keikhlasan dari ibu* itu untuk menggapai kemuliaan hidup, bukan untuk dirinya, tapi demi Ibunda tercintanya.
.
Berapa banyak diantara *Hamba Alloh* yang diberikan kecukupan penghasilan, namun masih saja ada *kengganan untuk berqurban*.
.
Padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yang menempel di tubuh nya dengan harga jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban.
.
Namun selalu disembunyikan dibalik *kata tidak mampu* atau tidak dianggarkan.. Semoga ada manfaatnya, Aamiin.
Support by:
http://www.lazismujember.org/2019/07/qurban-1440-h-menembus-lereng-gumitir.html?m=1
Celotehan Akar Rumput
Reviewed by Lazismu Jember
on
Juli 07, 2019
Rating: