Belajar Ilmu IKHLAS dari Cak No
Ilustrasi motor cak No |
Ada seorang bapak-bapak
yang biasa dipanggil dengan nama Cak No, karena walau sudah berumur dan
mempunyai dua anak, Cak No masih sering kumpul-kumpul dengan anak-anak muda,
sehingga para pemuda akrab memanggilnya Cak No.
Dari segi penampilan dan
perilaku, orang pasti mengira Cak No bukanlah orang yang taat beragama, apalagi
berilmu. Bahkan dilihat dari tampangnya saja, banyak yang mengira Cak No adalah
preman atau memiliki perilaku cenderung negatife, tebakan yang tidak salah.
Karena hampir semua mo limo (istilah dalam bahasa jawa yang artinya: maling,
madon, madat, mabok lan maen) seringkali dijalaninya. Bahasanya pun kasar, lugas dan cenderung tidak sopan bagi yang baru mengenalnya.
Akan tetapi sebenarnya dia
masih memiliki perilaku baik (setidaknya titik awal keinginan untuk berubah),
diantaranya senantiasa berpikir bagaimana caranya dia berubah dan kembali
kepada Tuhannya. Cak No yang berprofesi sebagai supir ini, sering kali menangis
saat mengingat masa-masa mudanya, dia senantiasa berdo’a dan meminta kepada
ampunan Allah dan memohon agar anak keturunnya tidak seperti dirinya.
Hingga pada suatu hari dia
saat masih bekerja di sebuah perusahaan mie, tentunya sesuai keahliannya
menjadi sopir, mengantarkan mie bersama sales, sebut saja namanya Rahmat.
Rahmat orangnya taat dalam beragama, hampir setiap adzan dzuhur dan asar, dia
selalu menyempatkan untuk sholat berjamaah di Masjid, itupun disela-sela saat
dia keliling bersama Cak No mengantarkan mie ke para pelanggan, dari satu toko
ke toko yang lain, dan dari satu pasar ke pasar yang lain. Namun tidak demikian
dengan Cak No, walaupun disetiap Masjid berhenti untuk sholat dhuhur/asar, Cak
No hanya menunggu Rahmat sholat, sedangkan dia sendiri menunggu di mobil.
Selain taat, Rahmat cekatan
dan juga pintar, setiap tugas salesnya dia selesaikan dengan baik, bahkan untuk
penjualan mie, dia termasuk sales yang produktif dan berprestasi, sehingga Cak
No seringkali memuji Rahmat, bahkan dia pernah bertanya: "Mat, Kenapa kamu
gak cari pekerjaan lain? Yang lebih baik dan lebih memberikan masa depan, eman
dengan kemampuanmu”, yang ditanya hanya senyam-senyum saja.
Hingga pada suatu hari Cak
No membaca ada lowongan penerimaan Supervisor di perusahaan yang lebih besar,
gaji yang lebih baik dan tentunya masa depan lebih cerah. Lalu dengan percaya
diri Cak No menawarkan kepada Rahmat agar mau mengikuti seleksi penerimaan
Supervisor, apalagi berbagai syarat telah dipenuhi, belum lagi dengan prestasi
kerja selama ini, bisa jadi Rahmat mudah untuk lolos tes, kata Cak No dalam
hati. "Biarlah aku tetap jadi sopir, tapi kalau bisa melihat Rahmat sukses
saja aku sudah sangat senang".
Namun, bukannya ungkapan
terima kasih saat Cak No memberikan info lowongan Supervisor kepada Rahmat,
tapi Rahmat malah marah-marah dan berkata: "Cak, sampean sudah gak senang
kerja dengan saya? Pengen saya cepat keluar dari pekerjaan ini?!!!".
"Bukan mat, bukan, saya
hanya ingin melihatmu sukses, kehidupanmu lebih baik, kamu baik dan cerdas,
pasti kamu bisa lebih baik kalau bisa dapet pekerjaan itu", Bantah Cak No.
Sehari berlalu, hingga
seminggu lebih walaupun masih kerja bersama, namun Cak No dan Rahmat tidak
seakrab sebelumnya, Rahmat masih tampak raut wajahnya yang marah, sedangkan Cak
No walaupun orangnya keras, tapi ikut bingung melihat penolakan Rahmat, serta
tidak berani memulai pembicaraan. Hingga saat adzan dhuhur tiba, seperti biasa
Cak No selalu berusaha berhenti di Masjid/Musholla terdekat, namun kali ini dia
ikut sholat bersama Rahmat.
Suasana menjadi sedikit
cair ketika Rahmat memulai pembicaraan setelah sholat berjamaah, "Kok gak
biasanya, ikutan juga turun sholat Cak?”, kata Rahmat.
"Iya, aku sebenarnya
sangat ingin seperti kamu Mat, bisa sholat setiap waktu, kerja dengan baik dan
cekatan, tapi ……”, Kata Cak No.
"Cak! kalau mau berubah,
pasti Allah akan memberikan jalan bagi kita, yang penting kita mau mendekat
kepada-Nya", Ujar Rahmat, sambil menunjukkan wajah berseri-seri.
"Betul kamu Mat, kalau
kamu berubah, Allah pasti juga akan bantu kamu naik pangkat! Kenapa kamu marah
ma aku?",Tanya Cak No membalas.
"Tidak Cak, saya juga
pengen memperoleh pekerjaan yang lebih baik, gaji lebih besar tapi saya
bingung, sampeyan kan tau sendiri, saya ini perantauan, orang susah, tidak ada
biaya saya kalau harus mengikuti serangkaian test Supervisor itu, apalagi
tempatnya diluar kota yang memakan waktu yang tidak sebentar, saya hanya ingin
kerja yang pasti saja, dijalani dengan sungguh-sungguh, saya yakin Allah akan
memberi jalan juga! Ayoo cak berangkat lagi, cari makan siang dulu lalu kita
kepasar terdekat”. Jawab Rahmat.
Tidak disangka, jawaban
Rahmat meluluhkan hati Cak No yang keras, pikirannya bergerak kesana kemari
memikirkan, hatinya seakan menangis, "Kasihan Rahmat, dia tidak selayaknya
selamanya kerja jadi sales mie saja, apalagi dipekerjaan ini tidak akan ada
jenjang karir yang jelas! Anak ini masih muda, cerdas dan taat beribadah, saya
harus cari jalan keluar”, katanya dalam hati.
Besoknya, Cak No berkata, "Mat! Kamu hari ini libur dulu kerja, ini saya ada uang untuk biaya kamu ikut
Tes, gak banyak hanya empat juta rupiah, hasil saya gadaikan motor dibank, kata
Cak No penuh semangat. Mat, ini biaya buat kamu, gak perlu kamu pikir gimana
ngembalikannya! Kalo kamu lolos tes, kamu bisa menggantinya bisa juga tidak, tapi
kalau kamu gak lolos, semuanya menjadi tanggung jawab saya”, Kata Cak No lagi.
Rahmat tidak bisa
berkata-kata lagi, dengan mata berkaca-kaca, langsung dipeluknya Cak No,
“Terima kasih Cak… terima kasih….”.
Selang sebulan pengumuman
penerimaan Supervisor keluar, dan Rahmat ternyata lolos menjadi Supervisor,
selang setahun berlalu posisi Rahmat kian meningkat, dia semakin tinggi
kedudukannya, namun di tetap menjadi Rahmat yang dulu, hingga dia berpikir
untuk mendatangi Cak No.
Dan setiap bertemu Cak No,
Rahmat selalu memberinya uang, terkadang satu juta, dua juta, bahkan hingga
saat ini (Idul Fitri 1435 H) Rahmat masih rutin berkunjung kerumah Cak No dan
selalu memberi Cak No uang dalam jumlah besar. “Mat, sudah cukup utangmu ke
aku, ini sudah lebih dari cukup”, Kata Cak No saat Hari Raya kemaren.
“Tidak Cak, uang Cak No
yang empat juta dulu itu, gak mungkin saya balas walaupun dengan seluruh
kekayaan saya, berilah kesempatan saya untuk beramal juga Cak, kalau sampean
gak mau terima uang saya lagi, mending kita tidak bersaudara lagi”, Kata Rahmat
dengan nada sedikit mengancam.
Hingga saat itu, hubungan
Cak No dengan Rahmat semakin baik, bahkan Rahmat juga menyatakan akan
menanggung biaya sekolah putranya Cak No, yang saat ini sekolah di tingkat
SLTA. Setiap ada kenaikan kelas Rahmat rutin menelpon Cak No dan mengirimi uang
sekolah. Sampai Rizal kuliah Cak, "sampean kan pengen putra sampean ini bisa
lebih baik dari bapaknya? Sekolahnya tinggi, dan yang penting Gak nekoh-nekoh?", Kata Rahmat sambil tertawa.
Buah sedekah, buah
pengorbanan tanpa pengharapan, buah dari ke-Ikhlasan dalam membantu sesama.
Mari kita tingkatkan sedekah kita, kita hilangkan harapan memperoleh balasan
dari manusia, karena sungguh, sebaik-baik pembalasan adalah dari Allah SWT.
Mengingat juga pernyataan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah beliau
menjelaskan bahwa, "Sedekah memiliki pengaruh yang ajaib dalam mencegah
berbagai bala’, walaupun sedekah dari seorang fajir (ahli maksiat) atau zalim
bahkan dari orang kafir. Karena Allah mencegah dengan sedekah berbagai bala’.
Hal ini telah diketahui oleh manusia baik yang awam ataupun tidak. Penduduk
bumi mengakui hal ini karena mereka telah membuktikannya” (Al-Waabilus Shayyib,
hal. 49, Darul Kitab Al-Iraqi, Beirut, 1405 H, Syamilah).
Kejadian ini merupakan
kisah nyata yang pernah terjadi, kemudian diceritakan kembali dengan bahasa
sesuai pemahaman penulis. Adapun nama dalam tokoh ini adalah fiktif, apabila ada yang sama itu sifatnya kebetulan saja. (AK)======================================================================
Mari BERSINERGI, BERBAGI bersama KAMI
Donasi bisa disampaikan langsung ke kantor Lazismu Jember, Jl. Bondoyudo No.11 Jember ataupun Transfer ke:
Bank Syariah Mandiri (BSM) Jember
Norek: 7011737368 (Zakat)
Norek: 7011737352 (Infaq)
an. Lazis Muh. Jember
Norek: 7011737352 (Infaq)
an. Lazis Muh. Jember
Bagi yang telah Transfer bisa Silahkan konfirmasi ke HOTLINE LAZISMU JEMBER melalui: SmS/WA ke: 081232000995
Untuk Layanan Jemput Donasi (Seputaran Jember Kota):
Ghifar: 0821-4172-1226
Sutarman: 0822-3014-3354
Agus: 0812-3179-8356
Sutarman: 0822-3014-3354
Agus: 0812-3179-8356
Dedi: 0822-5777-3188
Rodi: 0822-3467-8055
Irul: 0852-5880-5309
Belajar Ilmu IKHLAS dari Cak No
Reviewed by Lazismu Jember
on
Juli 02, 2017
Rating: