Para Manusia Langit yang Tinggal Dibumi, Tidak Terkenal di Bumi namun Begitu Terkenal di Langit

Para Manusia Langit

Kenalan saya seorang perencana keuangan di Jakarta punya banyak klien dari kalangan artis, dia cerita waktu itu pernah dicurhati seorang artis yang tiap hari nongol di Televisi, terkenal dimana-mana, tetapi buat bayar cicilan mobil 5 juta saja tidak punya, Gaya hidup akhirnya meremukkan hidupnya.

Saya pernah kenal seorang presenter TV nasional, kalo sedang tampil rapi pakai jas rapi sekali, hanya sekali ketemu di seminar, dia minta nomer HP. Sebulan kemudian dia SMS, "Mas, saya pinjam uangnya 1 juta bisa? Minggu depan saya kembalikan.."

Tahun 2009 malah ada vokalis band terkenal, saya kenal sejak 2003 ketika dulu masih kerja di EO sering saya ketemu waktu saya jadi stage manager. Lagunya ngehits di semua radio, satu sore ngajak ketemu, Ujung-ujungnya pinjam uang dengan alasan ini itu. Dan sampai hari ini tidak pernah dikembalikan hingga tahun-tahun berlalu.

Kisah Ustad Luqmanul Hakim gak kalah unik, waktu masih kuliah S2 di Malaysia dia diundang makan di sebuah restoran mewah oleh salah satu kawannya. Ustad Luqman bahkan diminta memindahkan parkiran motor bututnya agar tidak menggangu pemandangan di halaman depannya. Usai makan, kawannya justru curhat dan minta nasehat, sambil menunjuk mobil mewah di halaman depan yang sudah 6 bulan cicilannya belum terbayar. Betul kan, rezeki dari Allah itu pasti cukup untuk hidup, tapi tak akan cukup untuk gaya hidup.

Ada lagi kisah seorang ibu tua dengan kain jarik datang ke sebuah masjid usai jumatan, panitia dan takmir sedang berkumpul sambil duduk menghitung uang hasil infak jamaah hari itu. Ketika ibu itu datang dengan baju sangat biasa dan berkain jarik, salah seorang dari mereka berdiri, mendekati ibu itu sambil berkata, "maaf ibu, disini tidak memberikan sumbangan.."

Ibu itu membuka lipatan kain jariknya, mengeluarkan uang berwarna merah, biru, merah, biru, merah, biru yang berlembar-lembar banyaknya, sambil berkata:
"Maaf nak, saya mau ikut bersedekah untuk pembangunan masjid ini.. Ini uangnya mohon diterima.."

Seketika para takmir itu menunduk, tak ada yang berani memandang wajah ibu itu.. Salah tingkah dan menahan malu...

Tulisan dari Ustad Salim A. Fillah ini juga menarik, menahan nafas membacanya, tertulis dalam bukunya "Barakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta"
"Suatu malam, Ustadz Muhammad Nazhif Masykur berkunjung ke rumah. Setelah membicarakan beberapa hal, beliau bercerita tentang tukang becak di sebuah kota di Jawa Timur"

Ustadz Salim melanjutkan, “Ini baru cerita, kata saya. Yang saya catat adalah, pernyataan misi hidup tukang becak itu, yakni: Jangan pernah menyakiti dan Hati-hati memberi makan istri."
“Antum pasti tanya,” kembali Salim melanjutkan ceritanya sembari menirukan kata-kata Ustadz Muhammad.

"Tukang becak macam apakah ini, sehingga punya mission statement segala?".
Saya juga takjub dan berulang kali berseru, “Subhanallah,” mendengar kisah hidup bapak berusia 55 tahun ini.

Tukang becak ini Hafidz Qira’at Sab’ah! Beliau menghafal Al-qur’an lengkap dengan tujuh lagu qira’at seperti saat ia diturunkan: qira’at Imam Hafsh, Imam Warasy, dan lainnya. Dua kalimat itu sederhana. Tetapi bayangkanlah sulitnya mewujudkan hal itu bagi kita.

Jangan pernah menyakiti. Dalam tafsir beliau di antaranya adalah soal tarif becaknya. Jangan sampai ada yang menawar, karena menawar menunjukkan ketidakrelaan dan ketersakitan.

Misalnya ada yang berkata, “Pak, terminal Rp 5.000 ya." Lalu dijawab,“Waduh, enggak bisa, Rp 7.000 Mbak."
Itu namanya sudah menyakiti. Makanya, beliau tak pernah pasang tarif.

“Pak, terminal Rp 5.000 ya.” Jawabnya pasti OK. “Pak, terminal Rp 3.000 ya."
Jawabnya juga OK. Bahkan kalau, “Pak, terminal Rp 1.000 ya.” Jawabnya juga sama, OK.
Gusti Allah, manusia macam apa ini!

Kalimat kedua, Hati-hai memberi makan istri. Artinya, sang istri hanya akan makan dari keringat dan becak tuanya. Rumahnya berdinding gedek. Istrinya berjualan gorengan. Stop! Jangan dikira beliau tidak bisa mengambil yang lebih dari itu. Harap tahu, putra beliau dua orang. Hafidz Al-qur’an semua. Salah satunya sudah menjadi dosen terkenal di perguruan tinggi negeri (PTN) terkemuka di Jakarta. Adiknya, tak kalah sukses. Pejabat strategis di pemerintah.

Uniknya, saat pulang, anak-anak sukses ini tak berani berpenampilan mewah. Mobil ditinggal beberapa blok dari rumah. Semua aksesoris, seperti arloji dan handphone dilucuti. Bahkan, baju parlente diganti kaus oblong dan celana sederhana. Ini adab dan tata krama.

Sudah berulang kali sang putra mencoba meminta bapak dan ibunya ikut ke Jakarta. Tetapi tidak pernah tersampaikan. Setiap kali akan bicara serasa tercekat di tenggorokan, lalu mereka hanya bisa menangis. Menangis, sang bapak selalu bercerita tentang kebahagiaannya, dan dia mempersilakan putra-putranya menikmati kebahagiaan mereka sendiri.

Ustadz Salim melanjutkan, “Waktu saya ceritakan ini pada istri di Gedung Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito keesokan harinya, kami menangis.

Ada banyak kekasih Allah yang tak kita kenal."
Ah, benar sekali: banyak kekasih Allah dan "manusia langit" yang tidak kita kenal. tukas Ustad Salim A Fillah.

Kawanku, Hari terus berganti, matahari datang pagi ini, dan menghilang sore nanti. Usia kita terus bertambah, tanpa sadar banyak hal yang begitu saja kita lewatkan hanya untuk mengejar dunia yang sementara. Padahal esok pada waktunya, kita semua saat pulang ternyata hanya dibungkus kain kafan tak bersaku.. Tak ada bekal uang yang berlaku.
Semua harta yang selama ini kita kejar habis-habisan, ternyata semu belaka. Pangkat, jabatan, kemewahan yang selama ini dibanggakan akan berakhir ditimbun tanah kuburan. Banyak orang yang mengejar label kaya dengan menggadaikan dunianya, harga diri sudah musnah entah kemana. Sementara, banyak orang yang diam-diam ternyata kaya raya, dan lebih suka mencari muka hanya pada Tuhannya..

Benar kata kawan saya Mas Arief Budiman, "Orang kaya adalah orang yang selalu merasa cukup, sehingga dia terus berbagi. Orang miskin adalah orang yang selalu merasa kurang".

SAAT maut memyapa yang kita bawa hanya amaliyah. Adapun harta hanya akan membuat pertanyaan di padang mahsyar kian lama dan berat...
Semoga Alloh menolong kita...
#EVALUASIniatmu
Copast grup Gulakong Nasional

=================================================
Bahkan di masa Rasulullah, adalah UWAIS al QARNI, Manusia yang TEKENAL di Langit namun TIDAK dikenal dibumi.

Uwais al Qarni Tidak Terkenal di Bumi Tapi Terkenal di Langit
Uwais al Qarni Tidak Terkenal di Bumi Tapi Terkenal di Langit

Bukan artis, atau selebritis, dia hanya manusia biasa yang bekerja sebagai penggembala kambing miskin dan sudah yatim. Namun, Rasulullah SAW mengatakan bahwa semua penduduk langit mengenalnya, bahkan doanya selalu dikabulkan oleh Allah SWT. Siapakah dia? Berikut ulasannya.

Adalah Uwais Al Qarni, manusia yang namanya begitu terkenal di kalangan penduduk langit. Bahkan Nabi Muhammad SAW memerintahkan Ali bin Abu Thalib dan Umar bin Khattab agar meminta didoakan oleh Uwais Al Qarni, karena doanya tidak pernah ditolak Allah SWT.

Hidup Uwais Al Qarni begitu menderita, namun Ia tidak pernah mengeluh dan menjalani ujian dengan sabar. Pemuda ini berasal dari Negeri Yaman dan menderita penyakit Kopak atau tubuhnya belang-belang.

Kondisi ini tidak menjauhkannya dari Allah. Justru Uwais Al Qarni tubuh menjadi pemudah yang saleh dan sangat berbakti kepada satu-satunya orang tua yang dimiliki yakni sang Ibu. Ternyata kondisi Ibunya tidak kalah memprihatinkan. Ibunya yang sudah tua tersebut menderita lumpuh sehingga membutuhkan  Uwais untuk merawat dan memenuhi semua permintaan.

Namun, ada satu  permintaan Ibu yang agaknya sulit dikabulkan, yaitu ingin berhaji ke tanah suci. Bagaimana mungkin Uwais yang miskin itu mampu memberangkatkan sang ibu berhaji? Sementara untuk bisa sampai ke sana harus melewati gurun pasir tandus yang panas dengan perbekalan yang tidak sedikit.  Namun Allah tentu memiliki cara untuk mengundang Hamba-hamba pilihan-Nya.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya.

Meski terkejut dengan permintaan sang ibu, namun Ia tidak patah arang. Ia kemudian berpikir tentang bagaimana mencari jalan keluar. Kemudian Ia membeli seekor anak lembu. Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Tindakan ini membuat orang desa begitu heran, bahkan sebagian menganggapnya aneh dan gila.

Lembu tersebut semakin hari semakin besar, sehingga membutuhkan tenaga yang besar pula untuk bisa mengangkatnya. Namun karena sudah terbiasa setiap hari, lembu tersebut tidak terasa berat lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Saat musim haji tiba, Ia benar-benar menggendong ibunya dari Yaman menuju Mekkah. Masya Allah. Begitu besarnya kasih sayang Uwais kepada sang Ibu. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Hikmahnya adalah agar mudah ditemukan oleh Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Karena saat masih hidup Rasulullah berpesan agar kedua sahabat Nabi itu menemukan Uwais dan meminta di doakan karena doanya sangat makbul.

"Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Pertemuan Uwais Al-Qarni dengan Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib
Dalam hidupnya, Uwais Al-Qarni sangat mecintai Rasulullah SAW. Ia begitu sedih saat melihat tetangganya kembali dari Madinah dan bisa menemui kecintaannya itu. Saat itu, berita tentang patahnya gigi Nabi Muhammad saat perang Uhud terdengar ke berbagai negeri. Ia pun kemudian menggetok salah satu giginya dengan batu hingga patah sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad SAW.

Ternyata kerinduan Uwais memuncak. Akhirnya Ia mendekati ibunya untuk meminta izin pergi menemui Rasul. Mendengaar permohonan sang anak, Ibu Uwais mengizinkannya pergi.  “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Hati Uwais begitu gembira. Ia segera berkemas dan meninggalkan Yaman. Namun Ia terlebih dahulu mempersiapkan segala kebutuhan sang Ibu, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Perjalanan pun dimulai, jauhnya Madinah ternyata tidak menyurutkan niatnya. Setelah sampai di Madinah, sampailah Uwais di rumah Nabi. Sayang, pada saat itu Nabi tengah dalam peperangan dan hanya ditemukan Aisyah ra. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Setelah peperangan usai, Nabi Muhammad SAW kemudian kembali ke Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi bertanya kepada Siti Aisyah perihal siapa yang datang mencarinya.

Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Namun ada yang janggal ketika penghuni langit ini wafat. Ada begitu banyak orang yang datang tanpa diketahui asalnya. Padahal Ia bukanlah sosok terkenal.

Saat akan dimandikan, ada banyak orang yang berebutan ingin memandikannya. Demikian juga ketika akan dikafani, sudah banyak yang menunggu dan ingin mengafaninya. Hal yang sama juga terjadi ketika hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Kematian Uwais menggemparkan negeri Yaman. Karena Ia bukan siapa-siapa, namun begitu banyak orang yang datang saat meninggalnya dan mengurus jenazahnya. Padahal semasa hidup, Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang.

Hal inilah yang membuat penduduk Yaman tercengang dan bertanya-tanya siapa sebenarnya Uwais.

“Bukankah dia hanyalah seoarang penggembala kambing dan unta yang miskin, namun mengapa begitu banyak orang yang datang mengurusi pemakamannya”

Berita keanehan ini menyebar ke seluruh negeri. Sejak saat itulah  penduduk Yaman tahu siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Karena selama ini Khalifah Umar ra dan Ali ra merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Bersama untuk Aksi Sesama, MEMBERI untuk NEGERI bagi kemanusiaan.
==========================================================

DONASI TRANSFER ke 
Bank Syariah Mandiri (BSM)
an. Lazis Muh. Jember
ZAKAT: 7011737368
INFAQ: 7011737352
KEMANUSIAAN:  7011867671

==========================================================

Mari BERBAGI bersama KAMI, Tiada Henti MEMBERI untuk NEGERI
========================================================
Layanan TERBAIK dengan berbagai KEMUDAHANJEMPUT ZISWQ
(Zakat, Infaq/Shodaqoh, Waqaf & Qurban) atau INFO LAINNYA silahkan hubungi:
  • Office Lazismu Jember : (0331) 484785 (Jam Kerja 08.00 sd 16.00)
  • Hotline: WA Lazismu Jember: 081232000995
  • Kamiludin: HP/WA: 085257238205
  • M. Syaikur Rodi: HP/WA: 0852234678055
  • La Ode Khairul Anfal: HP/WA: 085258805309
  • Agus Yanto: HP/WA: 087750600156
  • Dedi Miftahul Hamzah: HP: 082257773188
  • Abdul Khamil: SmS: 085236144757, WA: 082230343339
Para Manusia Langit yang Tinggal Dibumi, Tidak Terkenal di Bumi namun Begitu Terkenal di Langit Para Manusia Langit yang Tinggal Dibumi, Tidak Terkenal di Bumi namun Begitu Terkenal di Langit Reviewed by Lazismu Jember on Agustus 31, 2016 Rating: 5

Related Posts No. (ex: 9)